makh
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » PTK » Peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia Pada Kelas XI IPS 1 Semester 1 MA Al Amin Tahun Pelajaran 2019/2020

Peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia Pada Kelas XI IPS 1 Semester 1 MA Al Amin Tahun Pelajaran 2019/2020

(878 Views) November 9, 2020 1:18 pm | Published by | Comments Off on Peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia Pada Kelas XI IPS 1 Semester 1 MA Al Amin Tahun Pelajaran 2019/2020

Oleh: Supriadi & Dede Irwan Kurniawan
Guru MA Al Amin Cibening, Pamijahan, Bogor, Jawa Barat 

ABSTRAK – Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia kelas XI IPS 1 MA Al Amin. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan pidato persuasif peserta didik kelas XI IPS 1 semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar pengamatan, bagan lomba, lembar soal evaluasi, lembar penilaian. Data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, yaitu hasil evaluasi tertulis siklus I adalah 68,40 siklus II 86,06. psikomotorik siklus I 63,20, siklus II 69,00. Ketuntasan belajar siklus I 25%, siklus II 82%. Sehingga penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode simulasi lomba pidato dapat meningkatkan keterampilan pidato persuasif peserta didik kelas XI IPS.1 MA Al Amin Bogor.


Kata kunci: ketrampilan, metode simulasi, pidato.

 

ABSTRACT – This research was motivated by the low learning outcomes of Indonesian language in class XI IPS 1 MA Al Amin. The purpose of this research is to prove that the Indonesian Speech Contest Simulation Method can improve the persuasive speech skills of students in class XI IPS 1 semester 1 of the 2019/2020 academic year. The research was conducted in two cycles. The tools used in this research include observation sheets, competition charts, evaluation question sheets, assessment sheets. The data obtained showed an increase in learning outcomes, namely the results of the written evaluation cycle I was 68.40 cycle II 86.06. psychomotor cycle I 63.20, cycle II 69.00. Complete learning cycle I 25%, cycle II 82%. So this research can be concluded that by using the speech competition simulation method can improve the persuasive speech skills of class XI IPS.1 MA Al Amin Bogor students.

Key words: skills, simulation method, speech.

 

  1. PENDAHULUAN

“Bahan ajar memberikan panduan instruksional bagi para pendidik yang akan memungkinkan mereka mengajar tanpa harus melihat silabus karena bahan ajar tersebut telah dirancang sesuai dengan silabus dan kurikulum yang berlaku”. (Gultom 2017) Materi pelajaran berpidato pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak menyenangkan (membosankan), yang muncul setiap peserta didik diajar ketrampilan berpidato, menjadi cermin betapa mengajarkan materi berpidato sebagai materi yang harus diusahakan sungguh-sungguh. Pidato masih dianggap momok, sesuatu yang menakutkan bagi peserta didik. Untuk dapat berpidato di depan khalayak memang harus menguasai materi yang hendak disajikan, harus mempunyai teknik berbicara yang baik, mempunyai keberanian mental. Jadi tidak sekadar teori pidato, apalagi tanpa praktik.

Teknik mengajar yang konvensional tidak lagi dipercaya sebagai sistem yang relevan dengan tuntutan kemampuan psikomotorik pada hasil belajar peserta didik. “Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini seorang pengajar dapat melakukan proses kegiatan belajar mengajar tidak hanya dengan bertatap muka secara langsung atau pembelajaran secara konvensional”.(Bud and Tahun 2017) Guru dituntut inovatif dalam menggali metode-metode pembelajaran. yang kreatif. Guru tidak lagi harus mempertahankan dan membanggakan teknik maupun metode masa lalunya. Zaman semakin berkembang, tuntutan masyarakat semakin meningkat. Metode mengajar pun harus semakin bervariatif. Guru yang masih berkutat dengan metode mengajar masa lalunya, akan “ditinggalkan” oleh peserta didik-peserta didiknya.

Proses belajar di sekolah bukan memorisasi dan recall, bukan penekanan pada penguasaan tentang materi yang diajarkan (logos). Akan tetapi, mengutamakan penekanan pada internalisasi tentang materi yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipratikkan dalam kehidupan oleh peserta didik (etos).

Berbicara di depan publik, suka atau tidak, merupakan keterampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan keseharian, pastilah harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat tentang sesuatu hal.

Secara realita lebih dari 60% peserta didik merasa takut bila harus berpidato dalam forum formal di depan banyak orang (public). Baik pada diskusi, ceramah, presentasi, maupun pidato perpisahan, bahkan pidato di depan teman sekelasnya.

Fenomena ini sangat menjadi beban mental bagi guru bahasa Indonesia. Keterampilan berbicara adalah bagian dari empat aspek keterampilan pelajaran bahasa yang harus diajarkan kepada peserta didik. Jadi bukan hanya teori yang harus dikuasai, namun kemampuan praktik berbahasa pun harus dikuasai.

kebanyakan pengajaran pidato, guru sering menggunakan metode ceramah , peserta didik kurang mendapat kesempatan melakukan praktik berbicara di depan orang lain, karena lebih banyak bersifat teori daripada praktik. Maka dapat diartikan kemampuan berpidato peserta didik sebatas teori.

Dari fenomena di atas maka upaya peningkatan kemampuan berpidato pesuasif para peserta didik merupakan hal yang mendesak dan perlu mencari jalan keluarnya.

Salah satu upaya yang tepat adalah menerapkan Model Pembelajaran dengan Metode Simulasi Lomba Pidato pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpidato .

Dengan demikian maka masalah dalam penelitian tindakan ini ialah :

Apakah Hasil prestasi peserta didik dapat ditingkatkan melalui Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia?

Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia, bertujuan meningkatkan kemampuan pendidik dalam menerapkan metode pembelajaran pidato, sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik, terutama pada pembelajaran pidato. Dan meningkatkan prestasi akademik peserta didik dikalangan masyarakat.

“Lima Hukum Yang Komunikatif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) yang dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang berarti merengkuh atau meraih. Karena diyakini bahwa komunikasi pada dasarnya adalah upaya bagaimana meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain”. ( http://sinarharapan.co.id, 2002)

Jadi pidato merupakan perpaduan ketrampilan berbahasa dalam meraih perhatian pendengar, menyampaikan materi pidato dengan penuh cinta kasih, membangkitkan minat pendengar terhadap materi pidato, sehingga tumbuh kepedulian, dan simpati positif, serta berani memberikan tanggapan dan respon positif terhadap peristiwa dalam materi pidato.

Pidato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Dalam hal ini pikiran yang akan disampaikan kepada orang banyak tentu merupakan informasi atau ilmu bagi orang lain, yang dapat berasal dari bidang lain, di luar bahasa Indonesia. Ini artinya seorang yang berpidato membutuhkan penguasaan materi pidato, di samping itu harus menguasai teknik berpidato, bagaimana menyampaikan materi yang runtut, jelas, mudah dimengerti. Ini semata-mata karena mereka akan berhadapan dengan orang banyak (public).

Banyak cara yang telah dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan pelajarannya di depan kelas. Tidak sedikit variasi yang dipakai pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Segala teknik telah diterapkan untuk mempermudah penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Cara dalam kegiatan belajar mengajar dinamakan metode. Bagaimana sesungguhnya metode yang dapat digunakan dalam pengajaran pidato di kelas?

Pidato merupakan jenis keterampilan yang menuntut keberanian untuk mencoba, bukan sekadar teori berpidato. Agar peserta didik benar-benar diberi kesempatan pidato, minimal di depan teman sekelasnya, maka metode simulasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan. Dengan keseringan mencoba praktik pidato akan tumbuh keberanian, dan selanjutnya mampu meningkatkan kemampuan diri sehingga dapat memperbaiki kesalahan sendiri.

“Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”. (Sanjaya, 2008)

“Metode Simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya”. (http://media.diknas.go.id/media/document/3553.pdf)

Setidaknya metode simulasi memberi kesempatan pada peserta didik untuk mencoba berbicara menyampaikan sesuatu, mulai dari persiapan sampai dengan penampilan di depan orang lain. Bukan sekadar belajar teori pidato, atau sebatas pengetahuan pidato, tetapi belajar teori pidato yang sekaligus mempraktikannya. Maka keterampilan pidato, yang memang membutuhkan banyak pengetahuan. Metode simulasi ini dapat membantu guru bahasa Indonesia untuk mempermudah dan mengefektifkan pembelajaran pidato di hadapan para peserta didiknya.

Lomba pidato merupakan kompetisi ketrampilan pidato bagi peserta didik. Simulasi pidato dapat dimanfaatkan sebagai sarana berlatih bagi para peserta didik sebelum mereka terjun ke masyarakat.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian lomba adalah 1. adu kecepatan (berlari, berenang, dsb). 2. adu ketrampilan (ketangkasan, kekuatan dsb.). Jadi pada situasi lomba yang dimaksud dalam pengertian ini adalah mengubah kondisi kelas pembelajaran menjadi situasi berlomba. Dalam hal ini penekanannya pada; adanya adu ketrampilan antarpeserta didik, sehingga ada rasa bersaing sesama peserta didik, ada unsur penilaian. Penilaian ini akan berdampak peserta didik mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Ada unsur kemenangan. Peserta didik akan merasa bangga atas prestasi yang dapat dicapai. Ada unsur penghargaan. Penghargaan ini hanya sebatas pada nilai maupun pujian, ataupun sebutan tertentu, seperti super orator atau sebutan yang lain.

Namun, kembali lagi bahwa lomba ini hanya merupakan simulasi untuk pembelajaran. Jadi sifatnya penyemangat, dan klinis psikologis, memperbaiki kemampuan belajar peserta didik, suasana menyenangkan, dan pada penilaiannya pun tidak membuat peserta didik jera, bagi yang tidak dapat meraih prestasi baik. Tidak menjadikan peserta didik takabur, bagi yang berprestasi baik.

Pada cakupan ini, lomba yang dimaksud adalah lomba pidato berbahasa Indonesia. Artinya materi pidato boleh dari berbagai tema, tidak harus tema-tema bahasa Indonesia, tetapi boleh tema ekonomi, lingkungan, politik, sosial, budaya, atau yang lain sebatas tidak melanggar hukum maupun kaidah SARA. Dan pidato ini harus menggunakan bahasa Indonesia.

Pidato, di samping untuk memberi informasi kepada pendengar, bisa untuk mempengaruhi atau memerintahkan sesuatu kepada pendengarnya supaya berbuat sesuatu yang diinginkan pembicaranya.

“Menurut Burgoon & Rufner, persuasi ialah proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat & keinginan komunikator. Atau proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan untuk mengubah sikap, keyakinan, dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Namun ajakan ini bukan berarti paksaan atau ancaman”. (http://baguspsi.blog.unair.ac.id/2008/10/15/komunikasi-persuasi/)

Apabila pidato itu ditulis maka menjadi bentuk teks pidato yang siap dibacakan (menggunakan teknik membaca teks) maka tulisan itu pun harus bersifat persuasi.

“Tulisan persuasif adalah tulisan yang berisi himbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Agar hal yang disampaikan itu dapat mempengaruhi orang lain, tulisan harus disertai penjelasan dan fakta-fakta”. ( Dwi Hartati, http://www.oke.or.id/tutorial/BI-pargrafpersuasif.pdf.)

Jadi intinya agar peserta didik dapat mempengaruhi orang lain (audiens) untuk melakukan sesuatu, sesuai keinginan pembicara.

Pidato merupakan bagian dari proses komunikasi. Dalam sebuah komunikasi tentu ada lawan bicara, ada kandungan informasi yang disampaikan. Muatan informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah dan benar. Di samping itu pidato dapat mengakibatkan berubahnya pikiran pendengar selaras dengan isi pidato yang telah didengarnya.

“Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu komunikasi perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi, komunikasi adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembaca”. (Tarigan, 1981:10-11).

Jadi pidato merupakan proses komunikasi yang berisi sebuah informasi, mengandung maksud, dan menimbulkan efek berubahnya pikiran seseorang. Oleh karena itu untuk dapat melakukan pidato, seseorang harus dapat menguasai informasi atau materi yang akan dikomunikasikan, harus menguasai teknik berbicara agar maksud informasi dapat dipahami dengan baik, pidato efektif, serta mampu mengubah pikiran pendengar.

 

  1. METODE PENELITIAN

Kegiatan ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini peserta didik kelas XI IPS1 MA Al Amin.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tahap Pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap refleksi. Secara singkat dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

  1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan peneliti ini, kegiatan perencanaan dalam siklus I ini adalah persiapan yang dibutuhkan untuk proses kemampuan cara berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat dengan menggunakan model simulasi. Berikut ini langkah dalam tahap perencanaan siklu I :

    1. Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran meningkatkan kemampuan berpidato
    2. Menyiapkan scenario pelaksanaan kelas dalam bentuk RPP dan menyediakan media yang akan diperlukan dalam proses pembelajaran
    3. Peserta didik mempersiapkan diri untuk memperoleh pelajaran tentang pidato, dan penyiapKan alat tulis masing-masing.
    4. Guru menyiapkan perangkat mengajar, lembar-lembar pengamatan.

2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2019. Hasil penelitian pada siklus I berupa kemampuan siswa dalam berpidato pesuasif Bahasa Indonesia. Pada pelaksanaan Tindakan peneliti berperan sebagai penilai (juri). Setelah mulai pembelajaran, peserta didik untuk tampil perorangan secara bergantian sesuai panggilan peserta pidato.

Hasil analisis Tindakan pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan siklus pembelajaran selanjutnya. Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan selama 4 jam pembelajaran (4 x 45 menit). Adapun deskrispsi tahap kegiatan pembelajaran pada siklus ini, bahwa penelitian siklus I dilaksanakan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan bapa Dede Irwan Kurniawan sebagai guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas X yang diikuti oleh 36 orang siswa kelas XI.IPS.1 Madrasah Aliyah Al Amin Pamijahan Bogor. Guru Bersama peserta didik melakukan refleksi dari pembelajaran yang telah belangsung.

  1. Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan terhadap guru dan siswa saat memulai pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Setelah menyelesaikan pelaksanaan tindakan siklus I, pada tahap ini yang menjadi penilaian penting observasi (bapak Dede Irwan Kurniawan, S.Pd) selama proses pembelajaran berlangsung di kelas XI.IPS.1 MA Al Amin. pada lembar observasi guru adalah sebagai berikut. Kemampuan peneliti dalam membuka kegiatan proses pembelajaran, penguasaan materi yang dilakukan peneliti yang beraktivitas sebagai guru dalam pengelolaan kelas, Penerapan model pembelajaran sesuai dengan konsep pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut : peserta didik mendengarkan penjelasan guru pada saat memberikan penjelasan awal tujuan pembelajaran, peserta didik mau bekerja sama, peserta didik menanyakan tugas yang belum dipahami. Dengan demikian, semua yang diperoleh dalam kegiatan observasi oleh observer akan dijadikan sebagai bahan masukan untuk melakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran.

  1. Tahap Refleksi

      Proses  pembelajaran   kemampuan meningkatkan keterampilan pidato  pesuasif dengan menggunakan model simulasi berpidato Bahasa Indonesia pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Agustus 2019 dengan jumlah 36 orang siswa berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil simulasi pada pembelajaran keterampilan pidato persuasif, peneliti melakukan refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I.

      Hasil dari refleksi menunjukkan bahwa hasil penilaian yang telah diperoleh dengan model lomba pidato berbahasa Indonesia dalam Siklus I masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Nilai rata-rata kelas praktik berpidato baru mencapai 63,20. Masih berada di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Adapun rata-rata skor keakuratan informasi pidato 6,70, Hubungan antar-informasi 6,15, Ketepatan struktur dan kosa kata 6,45, Kelancaran berpidato 6,55, Kewajaran urutan wacana 6,35, Gaya pengucapan 6,25, Lafal 6,45, Intonasi 6,10, Nada 6,15, dan Sikap 6,05. Belum sesuai dengan indikator KKM yang diharapkan. Dan nilai rata-rata evaluasi koqnitif tertulis mencapai 68,40

Keunggulan metode simulasi ini, semua peserta didik mempersiapkan materi pidato yang berupa teks. Semua peserta didik tampil di hadapan peserta didik lain di kelasnya. Peserta didik diberi kesempatan mengamati dan diamati peserta didik lain dalam berpidato. Baik dari segi bobot materi pidato, penampilan, maupun bahasa yang digunakan.

Data yang akan diambil adalah kualitas teks pidato, data penampilan yaitu: Keakuratan informasi, Hubungan antar-informasi, Ketepatan struktur dan kosa kata, Kelancaran berpidato, Kewajaran urutan wacana, Gaya pengucapan, Lafal, Intonasi, Nada, dan Sikap. Data yang diperoleh dapat berupa nilai kualitatif. Sedangkan data kuantitatif dapat diambil dari nilai evaluasi koqnitif secara tertulis.

Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti dalam pengambilan data, dengan saat praktik pidato yang hampir bersamaan, maka penulis menggunakan teknik sampel. Pada penelitian tindakan ini sekurang-kurangnya sampel yang digunakan mencapai peserta didik 20 orang.

Indikator Kinerja penelitian ini setidak-tidaknya 80% dari jumlah peserta didik dapat membuat teks pidato tertulis. Sekurang-kurangnya 80% jumlah peserta didik dapat melaksanakan pidato di depan teman-temannya. Sekurang-kurangnya 80% jumlah peserta didik dapat mengamati penampilan peserta didik lain. Artinya peserta didik melihat kelebihan dan kekurangan teknik berpidato peserta didik lain. Dan sekurang-kurangnya 70% jumlah peserta didik dapat memahami konsep teknik pidato.

 

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada awalnya peserta didik pesimis atas kemampuannya dalam berpidato. Namun setelah mendapatkan penjelasan tentang teknik menyiapkan naskah pidato, teknik berpidato, dan menyaksikan simulasi lomba pidato, maka peserta didik mulai berangsur lebih optimis. Ada pengetahuan yang belum pernah didapatkan sebelum pembelajaran ini. Setidak-tidaknya ada peningkatan pemahaman tentang konsep berpidato. Namun demikian keterampilan pidato, seperti pembicara yang profesional, belum mampu dikuasai. Masih butuh banyak waktu untuk belajar.

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut maka peneliti akan memaparkan hasil setiap dari rumusan masalah. Jawaban tiap rumusan masalah berdasarkan hasil pengambilan data, seperti observasi, tes, dan dokumentasi

  1. Siklus I

Tahapan tindakan pembelajaran siklus I merupakan awal untuk memperbaiki permasalahan yang terdapat di kelas, yaitu rendahnya kemampuan keterampilan pidato persuasif pada siswa kelas XI.IPS.1 MA Al Amin. Pada tahap siklus I dalam penelitian ini, terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Proses pembelajaran kemampuan keterampilan pidato persuasif siklus I. Hasil penelitian ini terdiri dari hasil tes dan nontes. Kedua hasil penelitian tersebut meliputi nilai tes kemampuan keterampilan pidato persuasif pada siswa kelas XI.IPS.1 MA Al Amin dan kegiatan pembelajaran guru beserta siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas

  1. Siklus II

Tahap pembelajaran pada siklus II ini dilakukan karena hasil tes kemampuan untuk meningkatkan keterampilan pidato persuasif siklus I belum mencapai standar kriteria ketuntasan minimal pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 68.40.

Pelaksanaan siklus II ini tetap menerapkan model simulasi pidato Bahasa Indonesia dengan perbaikan untuk mengatasi masalah yang ada pada siklus I. Siklus II untuk mempesiapkan dan merencanakan agar lebih baik, karena siklus ini merupakan kemampuan keterampilan pidato pesuasif melalui simulasi pidato Bahasa Indonesia menjadi lebih baik dari Tindakan pembelajaran siklus I. Bentuk perencanaan pada siklus II ini dibuat dan dilakukan dengan melihat refleksi siklus I sehingga diharapkan siklus II berjalan lebih baik.

Adapun deskripsi hasil kegiatan pembelajaran pada siklus II ini, bahwa kegiatannya        sama    seperti            proses pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya

Memperhatikan hasil Pelaksanaan Kegiatan dalam siklus II diperoleh data bahwa pembelajaran dengan Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia dapat mengalami peningkatan kemampuan dan prestasi. Nilai yang dapat dicapai pada siklus II rata-rata praktik (penampilan) adalah 69,00. Jumlah skor tersebut diperoleh dari rata-rata skor: Keakuratan informasi pidato 7,45, Hubungan antar-informasi 7,00, Ketepatan struktur dan kosa kata 7,09, Kelancaran berpidato 6,91, Kewajaran urutan wacana 6,86, Gaya pengucapan 6,77, Lafal 6,59, Intonasi 6,55, Nada 6,95, dan Sikap 6,82.

Indikator kinerja yang dapat dicapai yaitu semua peserta didik dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ini berarti kinerja peserta didik melaksanakan pidato di depan teman-temannya, peserta didik dapat memberikan penilaian terhadap penampilan peserta didik lain, dapat mencapai 100%. Nilai evaluasi koqnitif tertulis secara umum telah mencapai target yang diinginkan yaitu 86,06 atau 86%.

Melihat dari rata-rata skor yang diperoleh pada masing-masing tingkatan skala yang tersedia belum dapat mencapai skor yang optimal. Belum ada yang dapat mencapai skala 8 (delapan) ke atas. Guru dalam menyampaikan materi sudah lebih baik, lebih lengkap, simulasi lebih mengena pada tujuan pembelajaran. Perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran tampak lebih sungguh-sungguh. Namun melatih kemampuan berpidato peserta didik ternyata perlu waktu dan keseringan. Motivasi belajar peserta didik sebenarnya sudah cukup baik, dan antusias. Namun hasil yang dicapai belum dapat optimal, yaitu 69,00.

Akhir siklus II ternyata ketuntasan belajar klasikal sudah dapat mencapai indikator yang diharapkan. Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran, pengamatan, dan memotivasi peserta didik semakin baik. Peran aktif peserta didik sangat memicu terhadap motivasi pembelajaran terutama pada siswa lainnya. Sehingga pembelajaran pidato yang tadinya dianggap sebagai kejenuhan/ hal membosankan menjadi pembelajaran yang menciptakan suasana indah dan semangat. Guru semakin siap dalam memandu simulasi pidato, penjelasan terlihat lebih mantap. Peserta didik lebih aktif dalam memcari sumber dari beberapa referensi dan bisa berkolaborasi sesama teman, saling membantu menyelesaikan masalah dan feedback terhadap sagala situasi. Peserta didik lebih siap menghadapi pembelajaran pidato tanpa ada rasa takut dan bertekad memberikan penyampaian pidato dengan terbaik

Berdasarkan evaluasi hasil belajar, observasi, dan penilaian tugas yang diberikan pada sesi akhir pembelajaran, dihasilkan sebuah ringkasan sebagai berikut :

 

TABEL 2.

RINGKASAN HASIL BELAJAR SIKLUS I DAN II

Hasil Belajar,

Aktivitas, Nilai tugas

 

Hasil Belajar

 

Siklus I

 

Siklus II

Nilai terendah (praktik) 57 62
Nilai tertinggi (praktik) 71 76
Rata-rata kelas (Praktik) 63.20 69.00
Ketuntasan Belajar (praktik) 25% 82%
Rata-rata tugas (teks pidato) 64.05 68.50
Nilai terendah evaluasi koqnitif (tertulis) 63 73
Nilai tertinggi evaluasi koqnitif (tertulis) 78 100
Rata nilai Evaluasi Koqnitif (Tertulis) 68.40 86.06
Ketuntasan klasikal (tertulis) 90% 100%
     
Aktivitas membuat teks pidato 100% 85%
Aktivitas melakukan pidato 100% 85%
Aktif dalam diskusi/tanya jawab 18% 30%

 

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa penerapan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia dapat memperbaiki hasil belajar maupun ketuntasan belajar klasikal. Nilai terendah yang dapat dicapai 57 pada siklus I dan meningkat pada siklus II yaitu 62. Nilai tertinggi yang dicapai adalah 71 pada siklus I, dan meningkat menjadi 76 pada siklus II. Rata-rata kelas pada siklus I dapat mencapai nilai 63,20 dan meningkat menjadi 69,00 pada siklus II. Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I hanya 25%, meningkat pada siklus II menjadi 82%. Dan nilai rata-rata tugas menyusun teks pidato 64,05 pada siklus I meningkat menjadi 68,50 pada siklus II. Jadi secara umum setiap komponen pada siklus I meningkat pada siklus II.

Meskipun hasil penelitian ini secara keseluruhan belum menggambarkan hasil nilai koqnitif yang optimal dan belum dapat dikatakan “sangat memuaskan”. Teknik guru menggunakan metode dan menggunakan media pembelajaran sudah ada peningkatan, mampu menarik perhatian peserta didik. Motivasi belajar peserta didik pun ada peningkatan.

Pembelajaran dengan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia pada salah satu kegiatannya dilaksanakan di luar kelas. Peserta didik tampak senang dan dapat menikmati belajar di luar kelas. Suasana lebih santai, namun tetap sungguh-sungguh melaksanakannya. Dapat menghilangkan rasa takut, yang biasa dirasakan peserta didik, saat maju berpidato di depan teman-temannya di kelas.

Metode ini lebih memberi kesempatan peserta didik untuk mencoba sendiri atau mengalami sendiri, yaitu berpidato di depan teman-temannya (eksperimen). Waktu untuk kegiatan belajar mengajar relatif lebih singkat, meskipun semua peserta didik harus melakukan pidato secara individual.

 

  1. SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan Motode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia pada pengajaran materi pidato persuasi tanpa teks, dapat meningkatkan ketrampilan berpidato pada peserta didik

Hasil belajar peserta didik ada peningkatan yang signifikan. Ini dapat dilihat dari rata-rata nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata kelas, dan ketuntasan belajar klasikal yang lebih baik daripada siklus sebelumnya. Aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar lebih baik, lebih termotivasi, lebih bersemangat, lebih menyenangkan. Semua peserta didik diberi kesempatan untuk melaksanakan pidato di depan teman-temannya, sambil diberi kesempatan mengamati kelebihan dan kekurangan orang lain dalam berpidato, sehingga dapat meningkatkan pemahaman terhadap konsep pidato persuasi yang lebih baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Hartati,Dwi. Paragraf Persuasif. 

http://www.oke.or.id/tutorial/BI-pargrafpersuasif.pdf (diunduh 4 Agustus 2019)

http://baguspsi.blog.unair.ac.id/2008/10/15/komunikasi-persuasi/

http://media.diknas.go.id/media/document/3553.pdf

Bud, Eko Nur, and Kudus Tahun. 2017. “No Title.” 27(2):62–75.

Gultom, Erdiana. 2017. “Pengembangan Bahan Ajar Inovatif Melalui.” I(1):22–29.

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Ketrampilan   Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Mulyasa, E.2006. Kurikulum yang disempurnakan, Bandung:PT. Remaja. Rosdakarya

Sanjaya, wina.2008. Kurkulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Comment Closed: Peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Simulasi Lomba Pidato Berbahasa Indonesia Pada Kelas XI IPS 1 Semester 1 MA Al Amin Tahun Pelajaran 2019/2020

Sorry, comment are closed for this post.